Orang Kaya Tidak Peduli Dengan Orang Miskin

Minggu, 11 Maret 2012


sergapntt.com [LONDON] – Sebuah studi terbaru menunjukkan, kebanyakan kaya hanya peduli pada dirinya sendiri, dan cenderung self-centered atau semua tertuju padanya. Mereka sama sekali tidak peduli dengan kehidupan orang-orang miskin.
Dacher Keltner, seorang psikologis dan ilmuwan sosial baru-baru ini merilis temuannya. Yang mengungkapkan bahwa orang kaya saat ini terobsesi dengan dirinya, dan hanya khawatir tentang apa yang mereka miliki. “Memiliki banyak uang dan kekayaan membuat seorang rentan tidak empati, dan lebih mementingkan dirinya sendiri,” ujar dia seperti diungkap dalam laman dailymail.com.
Ungkapan tersebut bagi Keltner bukan omongan semata. Dia sudah pula membuktikannya dengan berbincang atau merekam video sampel partisipan orang kaya dan miskin. Perbedaan jelas dari masing-masing uji cobanya inilah yang kemudian menghasilkan kesimpulan yang mengejutkan tersebut.
Menurut Keltner, orang kaya yang hidupnya stabil dan bisa dibilang makmur, lebih tertarik pada hal-hal yang membuat dirinya nyaman. Mereka akan lebih sering mengecek ponsel dan apa yang terjadi di sekeliling grupnya. Ada semacam ideologi kepentingan diri yang lebih kerap dan muncul dibanding membantu orang lain.
“Kami sudah melakukan sekitar 12 studi terpisah yang mengukur empati seseorang dari hal-hal yang memungkinkan terjadi, terutama kaitannya dengan perilaku sosial,” tambah Keltner.
Dari berbagai studi itu pula menunjukkan kalau orang-orang dari kalangan bawah, lebih punya empati, dan sikap pro sosial yang besar. Ada rasa kepedulian dan mudah tersentuh dengan keadaan orang lain.
Profesor dari Universitas California, Berkeley tersebut menuturkan, hal itu jauh beda begitu dihadapkan pada orang-orang kaya. Karena sebagian besar lebih suka membicarakan diri mereka sendiri dan lebih peduli dengan apa yang mereka punya.
Adapun penyebabnya, bisa jadi kekayaan, pendidikan dan prestise yang selama ini dimiliki, yang telah memberi kebebasan dan rasa nyaman tersendiri. Sehingga dalam keseharian lebih mengutamakan apa yang ada di sekitarnya.
Untuk membuktikan itu juga, dia merekam percakapan melalui video terhadap sejumlah orang yang berbeda-beda. Hasilnya, orang kaya tampak kurang tertarik dengan lawan bicara, mereka lebih sering mengecek ponsel atau menghindari kontak mata.
Sementara, sebaliknya dengan yang berasal dari kalangan bawah, yang lebih punya empati dan peduli dengan menatap mata lawan bicara atau menganggukan kepala. Sebagai sebuah penanda mereka lebih punya perhatian pada orang lain.
Dalam tes lainnya, Keltner memberikan dua partisipan, kalangan kaya dan dari kalangan bawah, dengan sebuah gambar anak-anak kelaparan dari Afrika. Sensor yang digunakan menunjukkan kalau respon secara emosional lebih besar dari kalangan bawah. Ada intensitas emosi yang berbeda.
Ada juga permainan bernama dictator game yang digunakan untuk pembuktian. Sebagai sampel permainan itu dilakukan oleh hampir berjumlah 115 orang. Dalam permainan itu, ada partner yang tak tampak. Masing-masing mereka diberi sepuluh poin yang bisa mewakili sebagai uang, yang mereka bisa bagi pada orang atau partner yang lain.
Hasilnya, partisipan dari kalangan bawah yang ternyata paling banyak memberikan apa yang mereka punya. Tidak memandang, usia jenis kelamin ataupun etnis.
Temuan dari studi yang menarik untuk jadi renungan ini sudah pula dimuat sebagai artikel berjudul Social Class as Culture: The Convergence of Resources and Rank in the Social Realm, dan dimuat di Jurnal Current Directions in Psychological Science.
Benarkah yang berpunya lebih mementingkan dirinya sendiri? Agaknya setiap orang bisa menjawab dan mengoreksinya sendiri.
Share

0 comments:

Posting Komentar

>