Seorang teman menceritakan pengalamannya bertugas di hutan daerah terpencil di pulau Halmahera. Di sana hanya terdapat dua gubuk reot yang dihuni enam orang. Lokasinya di tengah hutan, sarana transportasi pun tidak ada. Benar-benar terasing dari dunia luar. Hidup orang-orang miskin itu sangat kekurangan, tetapi mereka terlihat bahagia dan menikmati hidup.Mungkin di antara kita ada yang tidak pernah atau tidak bisa membayangkan bagaimana kehidupan sehari-hari orang-orang miskin itu. Yang saya maksud di sini adalah orang yang benar-benar miskin, bukan orang yang mengaku-ngaku miskin. Mengingat zaman sekarang banyak orang mengaku menjadi orang miskin. Hehehe..
Saya kemudian teringat dengan beberapa acara Reality Show di mana “Kehidupan Orang Miskin” sebagai center of excellent dari suatu acara. Salah satu program televisi “Jika Aku Menjadi” di Trans TV adalah salah satunya. Program ini merupakan program Reality Show yang menampilkan seorang anak kota yang ingin merasakan beberapa hari hidup bersama dengan orang miskin. Dalam acara ini terlihat banyak kebiasaan orang miskin itu yang tidak pernah dilakukan oleh anak kota tersebut. Kemudian, acara ini pun dilengkapi dengan acara tangis haru.
Acara ini bagus untuk anak-anak kota tersebut dalam belajar menghargai hidup. Di mana tidak semua orang dapat hidup seberuntung mereka. Di sekitar kita masih sangat banyak orang yang hidup di bawah garis kemiskinan. Namun yang saya khawatirkan adalah, bagaimana dampak acara ini terhadap orang miskin itu?
Sudah menjadi sifat dasar manusia untuk tidak pernah puas dengan apa yang dimilikinya. Di satu sisi, hal ini bagus untuk memacu diri untuk dapat hidup lebih baik lagi. Namun di sisi lain, apabila perasaan tidak puas ini terlalu banyak dan berlebihan justru dapat mencelakakan diri sendiri. Selalu merasa kurang dan lama kelamaan dapat menimbulkan rasa iri hati.
Kembali ke acara “Jika Aku Menjadi”, ketika si anak kota menangis haru mendengar cerita orang miskin dan kemudian orang miskin itu menangis dan tampak menyesali hidup. Saya jadi berpikir, mereka orang-orang miskin itu yang sebelumnya sudah menyukuri hidup mereka selama ini menjadi menyesali dan menjadi rendah diri? Bukankah menyorot kehidupan mereka dan menampilkannya sedemikian rupa sehingga menimbulkan rasa iba pemirsa dapat membuat mereka merasa betapa tidak beruntungnya mereka? Bagaimana pula apabila keluarga orang susah itu memiliki anak-anak juga? Bukankah dengan melihat penampilan dan gaya hidup si anak kota dapat membuat mereka malu dan rendah diri?
Persepsi setiap orang pastilah berbeda, namun itulah yang saya rasakan terhadap beberapa reality show sejenis yang mengangkat kehidupan orang miskin. Namun semua hal pasti ada manfaatnya. Semoga saja manfaatnya lebih banyak dari pada efek samping yang saya khawatirkan.
Memiliki impian dan harapan memang baik dalam memacu semangat untuk hidup lebih baik. Namun kita juga harus mensyukuri apa yang telah kita miliki dan menikmati hidup kita masing-masing. Percayalah Tuhan telah memberikan yang terbaik untuk hambanya.
Share
0 comments:
Posting Komentar