 Saya  adalah orang baru dalam dunia per-blog-an. Saya tidak terbiasa dengan  tulis menulis atau membuat karangan. Biasanya saya menulis hanya jika  ada tugas. Itupun tidak banyak. Tugas mengarang dalam pelajaran bahasa  Indonesia, bahasa Sunda (karena tinggal di Depok, maka saya mendapat  pelajaran bahasa Sunda), bahasa Inggris ataupun bahasa Mandarin,  seringkali temanya ditentukan, sehingga saya terbiasa menulis karena  “disuruh”.
Saya  adalah orang baru dalam dunia per-blog-an. Saya tidak terbiasa dengan  tulis menulis atau membuat karangan. Biasanya saya menulis hanya jika  ada tugas. Itupun tidak banyak. Tugas mengarang dalam pelajaran bahasa  Indonesia, bahasa Sunda (karena tinggal di Depok, maka saya mendapat  pelajaran bahasa Sunda), bahasa Inggris ataupun bahasa Mandarin,  seringkali temanya ditentukan, sehingga saya terbiasa menulis karena  “disuruh”.Sebenarnya  waktu SD saya pernah menulis sebuah cerita panjang, menggambarkan  kehidupan idaman dalam imajinasi saya. Saya tulis setiap hari dengan  tulisan tangan, karena pada saat itu belum punya komputer dan malas  menggunakan mesin ketik. Panjang cerita itu kira-kira 32 halaman (bolak  balik), tepat menghabiskan jumlah kertas dalam sebuah buku tulis.  Sayangnya buku itu sekarang hilang. Padahal saya pernah menyimpannya  sampai beberapa tahun. Terakhir saya membacanya, saya tertawa sendiri,  karena bahasa dan cerita yang saya tulis sangat sangat norak dan tidak  realistis.
 Kalau saya ingat-ingat, pelajaran menulis atau mengarang di tingkat sekolah dasar dan menengah sangatlah kurang.  Sebenarnya  kunci utama untuk bisa menulis adalah membaca. Semakin banyak kita  membaca maka akan semakin banyak juga pengetahuan yang kita dapat. Namun  ketika sekolah dulu, saya hanya dihadapkan dengan buku-buku pelajaran  dan buku-buku teori yang harus dihafal. Tidak ada kesempatan untuk  membaca cerita-cerita pendek ataupun karya-karya sastra. Beruntung pada  waktu SD dulu, orangtua saya berlangganan majalah “Bobo” sehingga  membantu menciptakan imajinasi-imajinasi mengenai banyak hal dalam  pikiran saya.
 Ketika  SMP dan SMU, saya tidak lagi berlangganan majalah. Saya juga tidak  punya waktu membaca buku-buku di luar buku pelajaran. Kadang-kadang  membaca majalah remaja untuk refreshing, tapi bukan untuk  mengasah otak untuk menulis. Jumlah buku pelajaran masa sekolah menengah  sangatlah banyak dan kami diharuskan untuk menghafalnya. Sampai-sampai  saya muak melihat buku-buku itu (untunglah sekarang saya sudah terbebas  dari beban itu..hehe..).
 Kembali  ke masalah menulis. Tidak adanya kesempatan untuk membaca buku-buku di  luar buku pelajaran dan rasa muak terhadap buku-buku pelajaran itu  membuat saya benci membaca buku. Terutama buku yang tebal. Baru membaca  beberapa halaman saja sudah membuat saya pusing. Saya lebih suka  menerima berita secara pasif seperti menonton televisi daripada membaca  buku atau koran. Hal ini telah berlangsung selama bertahun-tahun. Namun  ketika saya menjadi mahasiswa jurusan bahasa, saya dihadapkan dengan  tugas-tugas menulis. Jarangnya membaca buku membuat saya tidak memiliki  ide untuk menulis. Sulit sekali.
 Kadang  kala ingin sekali mengubah kebiasaan buruk ini, tapi tetap saja sulit  untuk menimbulkan minat baca. Seorang teman kerja saya, Tuti,  sangat  gemar membaca. Koleksi bukunya banyak sekali. Tuti sering menawarkan  saya untuk membaca novel-novel bagus miliknya. Kadang-kadang saya  tertarik dengan referensinya dan membaca novel-novel itu walaupun butuh  waktu berbulan-bulan untuk menyelesaikan membaca satu novel.  Saya seringkali kagum melihat Tuti yang bisa menghabiskan waktu berjam-jam untuk membaca. Luar biasa.
  Internet  sangat membantu saya dalam mencari informasi. Saya tidak harus mencari  di koran atau buku yang tebal untuk mendapatkan apa yang saya cari.  Internet memberikan sumbangan besar dalam pengisian otak saya akan  informasi.
Internet  sangat membantu saya dalam mencari informasi. Saya tidak harus mencari  di koran atau buku yang tebal untuk mendapatkan apa yang saya cari.  Internet memberikan sumbangan besar dalam pengisian otak saya akan  informasi.Pola  belajar pada usia anak sekolah sangat mempengaruhi kebiasaan seseorang  ketika dewasa. Hal ini terjadi pada saya. Sehingga ingin rasanya saya  menyalahkan kurikulum pendidikan sekolah. Mengapa dulu kami tidak diberi  kesempatan untuk membaca buku-buku di luar buku pelajaran? Mengapa kami  dulu dijejali dengan banyaknya teori-teori dalam buku pelajaran yang  harus dihafal? Mengapa dulu kami tidak dibiasakan menulis essay? Banyak  sekali pertanyaan-pertanyaan saya mengenai kurikulum pendidikan sekolah.
 Taufiq  Ismail yang bersama sejumlah sastrawan lainnya merancang program  Sastrawan Bicara Siswa Bertanya (SBSB) dengan sejumlah sekolah di  Indonesia mengatakan, pengajaran  sastra di SMU sudah lama tergusur oleh pelajaran tata bahasa.  Perbandingannya, antara 10-20 persen berbanding 90-80 persen. Kewajiban  membaca buku sastra setali tiga uang, terperosok dari 25 buku dalam tiga  tahun di masa Algemeene Middelhare School (AMS) Hindia Belanda menjadi 0  buku dalam 3 tahun di SMU. Demikian pula kewajiban mengarang dari 36  pertemuan setahun di SMU menjadi sekitar enam pertemuan setahun.  Dibandingkan SMU di banyak negara, SMU di Indonesia jauh tertinggal  dalam hal kewajiban membaca buku, bimbingan menulis, dan pengajaran  sastra.
 SMU  di Amerika, misalnya, siswa diwajibkan membaca 32 judul buku. SMU di  Belanda dan Prancis masing-masing 30 judul buku, SMU di Swiss dan Jepang  masing-masing 15 judul buku. SMU di Indonesia, dari tahun 1943 – 2003  tidak ada atau nol. ”Angka nol buku untuk SMU Indonesia sudah berlaku 60  tahun lamanya, dengan pengecualian sedikit pada beberapa sekolah saja,”  katanya.
Menyesal tidak ada  gunanya. Saya hanya berharap bahwa kurikulum di sekolah dasar dan  menengah dapat diubah dengan memasukkan pelajaran membuat essay sehingga  anak-anak dapat mulai menulis sejak dini. Saat ini yang bisa saya  lakukan hanyalah mencoba memperbaiki diri. Mencoba membaca di waktu  senggang. Bisa dimulai dari membaca majalah yang juga berisi  pengetahuan, untuk menambah kualitas  SDM. Blog ini akan menjadi sarana saya belajar menulis. Semoga suatu saat saya bisa menulis dengan baik.  
Share
 
 
0 comments:
Posting Komentar